Thursday, August 21, 2008

Definisi entrepreneur menurut Dr. Ir. Ciputra

Hari ini saya saya diundang menghadiri acara penganugrahan gelar
Perekayasa Utama Kehormatan kepada Dr.Ir.Ciputra di BPPT Jl Thamrin Jkt.
Siapa yang tidak kenal Ciputra? Beliau adalah pengembang dari wisata
Ancol , Bintaro, BSD, PIK dan pemilik berbagai perusahaan di Indonesia
dan mancanegara.

Dalam orasi ilmiahnya beliau mendifinisikan seorang entrepreneur
adalah seseorang dengan “kecakapan mengubah kotoran dan rongsokan
menjadi emas”. Menurut beliau orang dengan kecakapan mengubah kotoran
dan rongsokan jadi emas tidak harus berada di dunia bisnis saja.
Seseorang yang memiliki jiwa dan kecakapan entrepreneurship dapat
berada di pemerintah, dunia akademik, atau dalam pelayanan sosial.
Mereka memiliki pola pikir (mindset) yang sama, jiwa (spirit) dan
kecapakan yang sama yaitu mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas,
namun yang membedakan adalah tujuan yang ingin dicapai. Contoh
entrepreneur di pemerintahan menurut beliau adalah Bpk Ali Sadikin,
yang telah mendukung Ciputra mengembangkan wisata ancol, dan Lee Kuan
Yew yang mengembangkan Singapura. Entrepreneur di pelayanan sosial
seperti Muhammad Yunus peraih Nobel dari Bangladesh.

Definisi mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas menurut beliau
ada 3 makna utama. Pertama adalah terjadinya sebuah perubahan kreatif
yang berarti: dari kotoran dan rongsokan yang tidak berharga dan
dibuang orang menjadi sesuatu yang memiliki nilai yang lebih besar.
Kedua hasil akhir dari perubahan memiliki nilai komersial, bukan hanya
dianggap sebagai karya yang hebat namun juga memiliki nilai pasar yang
tinggi. Ketiga untuk mendapatkan emas seorang entrepreneur bisa
memulainya dari kotoran dan rongsokan yang tidak bernilai, dengan kata
lain dengan modal nol.

Ternyata Ciputra adalah orang “Kampung”. Beliau dilahirkan di Parigi,
Sulawesi tgl 24 Agustus 1931, kemudian dibesarkan di Bumbulan yang
orangtuanya memiliki toko kelontong di sana.Pada usia 12 tahun sudah
menjadi anak yatim, karena ayahnya ditangkap oleh tentara Penjajah
karena dituduh mata-mata. Sejak usia 12 taun itu, karena desakan untuk
mempertahankan hidup beliau mengembangkan dan mempraktekan
entrepreneurship.Sampai akhirnya bisa masuk ITB jurusan Arsitektur dan
lulus tahun 1960. Setelah lulus ITB beliau mendirikan perusahaan Jaya
Group, Metropolitan Group dan Ciputra Group.

Menariknya ijazah yang diperoleh dengan susah payah dari ITB tidak
pernah beliau lirik. Artinya dari awal beliau sudah bertekad untuk
menjadi TDA bukan TDB.

Menurut sebuah buku yang dikutip beliau, sebuah negara bila ingin
makmur minimal jumlah entrepreneur adalah 2% dari jumlah penduduk. Di
Indonesia jumlah entrepreneur masih berkisar 400 ribu orang atau 0.18%
dari jumlah penduduk, sedangkan idealnya sekitar 4,4 juta orang. Jadi
kesempatan masih terbuka lebar di negara kita bagi calon-calon entrepreneur.