Monday, February 16, 2009

Sungai Elbe dan Hamburg

Sungai Elbe sudah tidak terpisahkan dengan Kota Hamburg, Jerman. Meskipun kota Hamburg bukan jauh dari laut (sekitar 80 km) , tapi dengan adanya sungai Elbe ini, kota Hamburg menjadi kota pelabuhan terbesar di dunia setelah Rotherdam.

Di pelabuhan ini kita bisa menyaksikan hilir mudik kapal-kapal besar yang mengangkut kontainer. Saya lihat kontainer dari Cina tampak mendominasi. Kita juga bisa menikmati pemandangan gedung-gedung khas Eropa yang berada di pinggir sungai ini. Kita bisa berkeliling menikmati pemandangan ini dengan menggunakan kapal ferry yang menghubungkan beberapa titik di sekitar pelabuhan.



Ada satu tempat yang sering saya kunjungi di pelabuhan ini, yaitu Fischmarkt, pasar yang buka pada hari Minggu pagi. Kalau di kita seperti pasar kaget yang marak di beberapa tempat barangkali. Yang mendominasi pasar ini adalah ikan, buah dan sayur. Meskipun ada beberapa stand yang menjual baju, aksesoris dan souvenir.

Thursday, February 5, 2009

Islamic Book Fair 2009

Bagi penggemar buku pameran buku Islam ini adalah event yang ditunggu-tunggu. Karena pada event ini kita bisa mencari buku-buku yang kita perlukan dengan harga miring. Kali ini Islamic Book Fair 2009 yang ke 8 ini akan diselenggarakan di Istora Bung Karno pada tgl 28 Februari sampai tgl 8 Maret 2009 dengan tema:" Cerdaskan Umat Mandirikan Bangsa".

Dan menurut kabar dari website panitia Islamic Book Fair, Ketua MPR RI, Hidayat Nurwahid, akan membuka acara ini pada 28 Februari pukul 10.00 di Istora Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta.

Ketua Panitia IBF, M. Anis Baswedan, mengatakan tema Cerdaskan Umat Mandirikan Bangsa diusung bukan tanpa tujuan. Ia berharap penyelenggaran IBF ini akan mendorong umat semakin cerdas dalam berpikir dan bersikap. ‘’Umat diharapkan mampu mengedepankan sikap kritis,’’ katanya.

JADWAL ACARA 8th ISLAMIC BOOK FAIR

TEMA: Isalamic Book Fair Bangun Ruhiyah
SABTU 28 – Feb - 2008
10.00 – 12.00 Openig Ceremonial 8th Islamic Book Fair Dr. Hidayat Nurwahid MA
13.00 – 15.00 Lounching Al-Qur'an dengan tajwid metode blok warna Dr. Darwis Hude M.Si.
13.00 – 15.00 Demo Masak "Memasak bersama Rudi Choerudin" Rudi Choerudin
16.00 – 18.00 Lounching tafsir Al-Misbah New Face Muchlis M. Hanafi Najwa Shihab
16.00 – 18.00 Lounching Buku "Asmaulhusna for Bussines and Life" Dr. Moh. Syafi’I Antonio, M.ec
19.00 – 21.00 Orasi Ilmiah "Cerdaskan Umat Mandirikan Bangsa" Prof. Dr. Nasaruddin Umar. MA*
19.00 – 21.00 Bedah Buku "Panglima Surga" Dr. Moh. Syafi’I Antonio, M.ec Irene Handono

Wednesday, February 4, 2009

Perjalanan Menggapai Puncak Gunung Fuji

Mendaki gunung bisa diibaratkan ekspresi kehidupan seseorang dalam menggapai impiannya. Ternyata bila impian kita jelas sejelas menatap puncak gunung, action-nyapun akan dengan sendirinya menjadi terarah, apalagi kalau dalam perjalanannya sudah tersedia petunjuk dan track yang sudah teruji bisa menghantarkan kita penuju impian kita. Memang benar seperti apa yang dikatakan Pak Tung Desem Waringin, bahwa 80% waktu kita harus digunakan untuk belajar dari ahlinya, karena yang ahlinya sudah teruji dan punya track yang bisa kita "napak tilasi". Tulisan di bawah ini adalah pengalaman saya beberapa tahun yang lalu ketika mencoba mendaki gunung tertinggi di Jepang.



Pesona Gunung Fuji

Selain bunga sakura, gunung Fuji adalah salah satu simbol negeri Jepang. Orang Jepang menyebutnya “Fujisan”, orang Indonesia banyak yang menyebut “gunung Fujiyama”, padahal “yama” sendiri berarti gunung. Bentuknya yang cantik menjadi daya tarik tersendiri yang memberi banyak inspirasi kepada para seniman sepanjang sejarah Jepang. Apalagi ketika bagian puncaknya yang memutih diselimuti salju akan kelihatan kontras dengan birunya langit. Sudah menjadi kebanggaan dan berdaya jual yang tinggi bila dari jendela rumah atau hotel bisa bebas memandang gunung ini. Bila kebetulan kita menempuh perjalanan dari Tokyo ke Nagoya atau Osaka dengan kereta cepat Shinkansen, kalau kebetulan cuaca cerah kita akan bisa melihat gunung ini dengan jelas.




Sejarah gunung Fuji
Di Jepang gunung Fuji adalah gunung yang tertinggi dengan ketinggian 3776 meter. Setiap tahunnya ramai dikunjungi oleh para wisatawan yang sekedar melihat pemandangan di sekitar lerengnya atau mendaki sampai puncaknya. Gunung Fuji ini terletak di propinsi Shizuoka dan Yamanashi, jarak dari Tokyo kira-kira km. Gunung Fuji termasuk gunung yang masih aktif. Dalam sejarah tercatat lebih dari 10 kali terjadi letusan. Letusan yang terakhir adalah tahun 1707 yang debunya menutupi kota Edo (Tokyo sekarang). Tidak banyak yang tahu mengapa gunung ini dinamakan Fuji. Menurut sebuah cerita kuno yang ada di daerah Yamanashi, dulu gunung ini dinamakan “Fushi”, artinya tidak mati. Artinya gunung ini tempat hidup kembali orang yang telah mati.

Mendaki ke puncak
Mungkin gunung Fuji termasuk salah satu gunung di dunia yang paling banyak pendakinya. Jumlah pendaki rata-rata setiap tahunnya sekitar 150 ribu orang termasuk wisatawan lokal maupun asing. Ramainya pendakian gunung Fuji dimulai sejak jaman Edo. Waktu itu pendakian ke puncak merupakan sebuah perjalanan ritual. Orang yang mau mendaki harus mengumpulkan dana dan menunggu giliran yang ditentukan pemimpinnya. Tetapi waktu itu perempuan dilarang, baru pada jaman Meiji diperbolehkan ikut pendakian. Tercatat dalam sejarah orang asing pertama yang mendaki gunung Fuji adalah Rutherford A., duta besar kerajaan Inggris untuk Jepang pertama. Waktu itu dia memerlukan waktu 8 jam sampai ke puncak.
Sekarang gunung Fuji dan sekitarnya sudah menjadi salah satu tempat tujuan wisata. Apalagi di sekitarnya terdapat beberapa danau yang berair bening. Juga dengan dibuatnya beberapa jalan sampai ke badan gunung semakin memudahkan pendakian.
Untuk mendaki ke atas puncak dikenal 5 rute atau pintu, rute dari Fujinomiya, Gotenba, Subashiri, danau Kawaguchi dan Yoshida. Untuk sampai ke pintu tersebut kita bisa naik bis dari stasiun terdekat atau naik mobil pribadi. Pintu tersebut berada di badan gunung berketinggian lebih dari 1000 meter. Jalan menuju pintu ini mirip seperti jalan Puncak Bogor, berkelok-kelok dan menanjak. Pintu Fujinomiya adalah yang tertinggi berketinggian 2400 meter, sedangkan pintu Gotenba adalah yang terendah dengan ketinggian 1440 meter. Sehingga untuk pemula dianjurkan mengambil pintu Fujinomiya karena rute sampai ke puncak paling pendek.
Biasanya pintu pendakian ini dibuka untuk umum dari awal Juli sampai dengan akhir Agustus, karena di luar waktu tersebut daerah puncak tertutup salju. Dari masing-masing pintu sampai ke puncak biasanya ada 5 s/d 7 pos atau stasiun dan disetiap pos biasanya terdapat penginapan/peristirahatan, kantin, toilet dan stand yang menyediakan barang souvenir. Sampai ke puncak biasanya memerlukan 5 s/d 7 jam, sedangkan dari puncak ke bawah memerlukan waktu 3 s/d 4 jam.
Untuk mendaki sampai ke puncak tidak perlu latihan fisik secara khusus. Asal tidak kekurangan perlengkapan ditambah tekad yang kuat anak-anak sampai orang tua bisa sampai ke puncak. Jaket dan ransel adalah keperluan utama, karena meskipun musim panas suhu udara di atas gunung hampir menyamai suhu pada musim dingin. Jas hujan juga diperlukan karena di tengah perjalanan kadang-kadang turun hujan. Karena perjalanan curam dan berbatu-batu tajam sepatu yang bersol tebal serta sarung tangan juga diperlukan untuk melindungi telapak kali dan tangan kita. Tentu yang tidak kalah pentingnya adalah makanan dan minuman, handuk penyeka keringat dan cadangan baju bila kena hujan. Dan kalau berangkat malam tentu kita perlu lampu senter untuk penerang jalan. Sebagai pelengkap tidak salahnya kita menyelipkan kamera di saku ransel. Sampai kira-kira setengah perjalanan kita cukup memakai baju kaos atau kemeja panjang karena suhu udara masih relatif hangat, kecuali kalau hujan kita harus mulai memakai jas hujan. Dari pertengahan sampai ke puncak suhu udara mulai dingin (bisa sampai 0 derajat), kita harus mengeluarkan jaket tebal dari ransel kita. Yang perlu diperhatikan adalah kecepatan berjalan. Aturlah kecepatan berjalan supaya tidak kehabisan tenaga di tengah perjalanan. Dan jangan lupa harus banyak beristirahat disesuaikan dengan kondisi fisik kita.

Pengalaman penulis
Yang menjadi daya tarik para pendaki adalah saat matahari terbit. Saat inilah yang ditunggu-tunggu para pendaki ketika sampai di puncak. Tentu untuk bisa melihat matahari terbit kita harus mendaki pada waktu malam hari dan tiba di puncak sebelum fajar. Penulis pernah naik mengambil rute dari pintu Fujinomiya. Pintu Fujinomiya bisa dicapai dengan bis umum dari stasiun Shinjuku, Mishima, Fujinomiya dan Hamamatsu. Tiba di pintu Fujinomiya pada jam 6 sore, kemudian istirahat sambil menyesuaikan tubuh kita dengan udara sekitarnya Supaya sampai ke puncak sebelum fajar, pendakian dimulai pada jam 9 malam. Sampai kira-kira setengah perjalanan kondisi jalan banyak berpasir dan kemiringan tidak terlalu curam. Cuaca cukup dingin, tapi terasa panas karena keringat keluar. Dari pertengahan sampai ke puncak kondisi jalan semakin terjal berbatu-batu tajam dengan tingkat kemiringan yang sangat tinggi. Dari pertengahan ini cuaca mulai memburuk dan hujan semakin besar. Sambil badan menggigil kedinginan karena kehujanan, penulis tiba di puncak pada jam 4:45. Tapi sayang di puncak penulis tidak sempat melihat indahnya matahari terbit karena cuaca hujan dan berkabut. Karena hujan tidak kunjung reda, setelah istirahat sekitar satu setengah jam penulispun turun lagi ke bawah.
Penulis juga pernah mencoba naik dari pintu Gotemba. Pintu Gotemba ini bisa dicapai dengan angkutan bis dari stasiun Gotemba selama 40 menit. Tidak seperti rute dari pintu Fujinomiya, rute pendakian dari pintu Gotemba tidak terlalu curam tetapi berpasir sehingga agak kesulitan waktu berjalan. Di perjalanan hampir tidak menemui batuan besar, seakan-akan kita berjalan di tengah gurun pasir. Tanah berpasir ini terbentuk karena letusan gunung Hoei (2702 m) anak gunung Fuji yang terletak di sebelah tenggara pada tahun 1707. Rute ini tidak banyak peminatnya karena jarak ke puncak yang jauh dan jumlah pos/stasiun hanya sedikit. Karena jalannya yang berpasir ini biasanya rute ini dipakai sebagai jalan pulang setelah naik dari rute yang lain.
Pada musim pendakian (bulan Juli-Agustus) banyak sekali wisatawan yang datang, sehingga bagi pemulapun tidak perlu takut tersesat sampai di puncak, karena selain sudah disediakan petunjuk jalan, juga di jalan banyak orang yang sama-sama akan menuju puncak atau sebaliknya. Bahkan penulis diperjalanan bisa bertemu dengan banyak orang Indonesia yang bekerja sebagai TKI yang kebetulan sedang berlibur. Dan tentu lebih baik mendaki dengan banyak orang dari pada sendirian, karena kita bisa saling memberi semangat ketika kehabisan tenaga. Bagi orang yang tidak terlalu kuat fisiknya bisa berangkat siang hari kemudian istirahat di penginapan sampai saat terbit matahari.


Kantor pos tertinggi
Menariknya di atas puncak disediakan kantor pos. Kantor pos ini dibuka berbarengan dengan musim pendakian. Untuk tahun 2003 ini dibuka tgl dari 10 Juli s/d 20 Agustus, buka pada jam 6 pagi sampai jam 2 siang. Pada tahun kemarin tercatat 11 ribu orang menggunakan jasa pos ini dengan jumlah total surat yang masuk sebanyak 80 ribu pucuk surat. Nah, siapa yang mau mencoba mengirim surat ke teman di Indonesia dari kantor pos tertinggi ini?