Wednesday, December 1, 2010

You Were Born Rich

Ini ada artikel yang ditulis oleh Adi W. Gunawan. Tulisannya sangat menginspirasi dan menggugah. Tidak berlebihan bila saya salin lagi di blog ini.

Dalam perjalanan dari Surabaya ke Semarang minggu lalu saya sempat berbincang dengan seorang kawan lama. Setelah berbincang sesaat ia lalu menanyakan apa yang sekarang saya lakukan. Saya lalu menjelaskan mengenai kegiatan saya akhir-akhir ini sebagai ‘pria panggilan” dan “pria penghibur”. Mendengar penjelasan ini mukanya langsung berubah. Dan saya tahu apa yang ada di pikirannya. Saya langsung meluruskan bahwa saya biasa ”dipanggil” untuk memberikan seminar/workshop dan cara saya membawakan sangat entertaining sehingga peserta biasanya betah duduk sampai 8 jam. Mendengar penjelasan ini kawan saya akhirnya manggut-manggut dan tersenyum menandakan ia mengerti. Pembicaraan akhirnya berlanjut ke topik menarik yaitu mengenai sukses. Kawan saya ini berkeluh kesah bahwa sekarang susah cari uang. Ekonomi lagi sulit. Dia harus kerja ekstra keras untuk bisa mendapatkan income yang ia inginkan. Kawan saya ini seorang salesman di perusahaan peralatan listrik.

Sebenarnya tidak ada yang namanya ekonomi sulit bagi orang yang siap dengan perubahan. Ekonomi menjadi sulit karena kita tidak mampu melakukan adaptasi secara tepat dan cepat mengikuti perubahan keadaan. Dalam setiap perubahan yang terjadi adalah polarisasi kemakmuran. Apa maksudnya? Uang atau aset yang ada di masyarakat jumlahnya sama sebelum dan pada masa ekonomi sulit terjadi. Yang terjadi sebenarnya adalah perpindahan kemakmuran dari suatu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya. Jadi, jumlah uang dan aset tetap namun pemiliknya berganti. Dengan kata lain orang kaya makin kaya dan orang miskin makin miskin.Mendengar penjelasan ini kawan saya langsung protes, ”Lho, semua orang tahu kalo sekarang ini ekonomi makin sulit. Orang kaya makin kaya karena mereka menggunakan kekayaan mereka untuk menekan orang miskin sehingga mereka dapat memetik keuntungan yang sebesar-besarnya.”

”Tahu nggak mengapa kondisi keuangan kamu payah saat ini?” saya balik bertanya. ”Ya itu tadi, saat ini persaingan semakin ketat. Cari uang nggak gampang. Pokoknya sulit banget,” jawabnya cepat. ”Nah, ini dia alasannya mengapa kamu sulit cari duit,” jawab saya lagi.

Saya melihat kawan saya ingin protes lagi. Namun sebelum ia sempat berbicara saya langsung meneruskan dengan berkata, ”Coba dengar apa yang akan saya jelaskan. Nanti kalo sudah selesai baru kamu boleh komentar lagi. Ok?” ”Ok,” jawab kawan saya dengan penasaran. Saya lalu menjelaskan, ”Mengapa orang sulit cari uang? Karena ada keyakinan atau blocking atau resistansi atau program negatip atau apapun istilah yang ternyata menghambat mereka dalam mencari
uang. Saya mengerti bahwa sekarang ini cari uang itu sulit, bagi kebanyakan orang. Nah, mengapa nggak terpikir untuk membuat uang yang nyari kita? Kan lebih mudah kalo uang nyari kita dan ........” Tanpa memberikan saya waktu untuk menyelesaikan kalimat saya, kawan saya ini langsung memotong, ”Nggak masuk akal. Saya nggak pernah dengar ”uang nyari kita”. Yang benar adalah kita nyari uang.” ”Nah, itulah sebabnya mengapa kamu nggak bisa maju dan berkembang dalam aspek finansial. Kamu berpikiran negatip soal kemakmuran. Kamu bilang orang kaya itu nggak baik karena
menyalahgunakan kekayaan mereka untuk menindas orang miskin,” jawab saya.

”Lho, saya nggak negatip soal orang kaya. Saya hanya tidak senang dengan cara mereka menggunakan kekayaan mereka dan cara mereka cari uang,” jawab kawan saya cepat, membela diri. “Coba perhatikan kalimat kamu yang terakhir. Di sini tampak jelas bahwa ada muatan emosi negatip saat kamu bicara soal orang kaya, lebih tepatnya perasaan iri dan dengki. Coba kamu jujur memeriksa dirimu sendiri,” ujar saya. Kawan saya lalu diam sejenak. Sambil menunggu ia berpikir saya lalu berkata, ”Tahukah kamu bahwa sebenarnya kita ini terlahir sebagai orang kaya. We were born rich.” Kali ini kawan saya nggak protes ataupun berkomentar. Ia malah meminta saya untuk menjelaskan maksud pernyataan saya.

Saya percaya bahwa Tuhan, ada yang menyebutnya dengan Supra Sadar atau Semesta Alam, sangat adil. Semua orang punya hak yang sama untuk bisa sukses. Pertanyaannya sekarang adalah mengapa nggak semua orang bisa sukses?

Ternyata ada sangat banyak faktor yang menghambat diri kita untuk sukses. Salah satunya adalah karena kita hidup tidak selaras dengan hukum alam. Diri kita, sebagai manusia, adalah mikro kosmos. Semesta alam adalah makro kosmos. Saat kita hidup tidak selaras dengan hukum alam maka saat itu kita mengalami ”bocking” sehingga sangat sulit untuk bisa berhasil.

Apa yang membuat mikro kosmos tidak selaras dengan makro kosmos? Salah satunya adalah sistem kepercayaan atau program negatip yang ada di dalam pikiran kita. Pada kasus kawan saya, secara tidak sadar, ia membenci orang kaya. Ia mempunyai persepsi yang negatip mengenai uang atau kemakmuran. Kepercayaan yang negatip ini berlaku sebagai suatu penghambat yang menghalangi dirinya untuk sukses.

Pada saat kita berhasil mengatasi mental block saat itu pula kita mampu menarik energi yang sangat besar dari Semesta Alam. Dengan selarasnya diri kita dengan makro kosmos maka kita tidak perlu cari uang. Uang yang akan mencari kita. Lha, kok bisa?

Sudah tentu bisa. Apa buktinya? Saat kita telah selaras dengan ”vibrasi” Semesta Alam, saat itu kita akan dapat mencapai tujuan atau cita-cita kita dengan sangat mudah. Akan ada banyak ”kebetulan” yang mengarahkan kita mencapai tujuan kita.

Misalnya? Kita akan bertemu dengan orang yang akan membantu kita. Kita akan secara ”kebetulan” mendapatkan informasi dari sumber yang tidak kita perhitungkan sebelumnya, yang ternyata mampu membawa kita ke tujuan yang kita ingin capai.

Saya melihat kening kawan saya berkerut, tanda ia sedang berpikir keras. ”Ada yang ingin kamu tanyakan?” tanya saya. ”Saya masih belum bisa menerima sepenuhnya konsep yang kamu sampaikan. Namun saya juga tidak menolak. Bisa lebih detil penjelasannya?” minta kawan saya.

Saya lalu menjelaskan, ”Pikiran itu bekerja seperti pemancar radio. Saat kita benar-benar menginginkan sesuatu,dengan intensitas emosi yang tinggi, maka seketika itu juga ”berita” ini terpancar ke seluruh alam. Saat itu frekwensi pikiran kita akan mencari berbagai kemungkinan untuk pencapaian target yang telah kita tetapkan. Besarnya daya pancar pikiran bergantung pada keyakinan kita. Kalau ada banyak mental block maka daya pancarnya kecil. Akibatnya?
Area jangkauannya sempit. Mental block ini berfungsi sebagai penghambat energi (semesta) yang kita akses. Kalau mental block ini sangat minim maka daya pancarnya akan sangat kuat, sehingga area jangkauannya menjadi sangat luas. Dengan demikian kita mempunyai lebih banyak peluang untuk menarik atau menciptakan berbagai ”kebetulan” yang akan membantu kita sukses. Omong gampangnya, kita nggak usah cari uang. Uang yang akan nyari kita.”

”Masih tetap bingung dan kayaknya nggak masuk akal,” kawan saya berkomentar.

”Ini nggak masuk akalmu. Mengapa? Karena di data-base kamu nggak ada data seperti yang saya sampaikan. Benar, nggak?” saya langsung balik bertanya.

Saya lalu melanjutkan, ”Begini saja deh. Saya berikan contoh kasus yang mudah untuk kamu praktekkan. Nanti kalo pas malam minggu, coba kamu ke Mall. Cari jam sibuk di mana cari parkir sangat sulit. Nah, saat kamu mau berangkat ke Mall itu, tetapkan keinginan yaitu kamu mau mendapatkan satu tempat parkir yang nyaman. Setelah itu jangan lagi memikirkan mengenai hal ini. Nanti kamu lihat apa yang terjadi.”

”Apa yang akan terjadi?” tanya kawan saya dengan penasaran.

”Kalo kamu yakin sekali akan mendapatkan tempat parkir maka meskipun sangat padat pengunjung, kamu pasti akan dapat. Dapatnya juga secara ”kebetulan”. Pas kamu lewat ternyata di depanmu ada mobil yang keluar. Nah, saat itu kamu bisa langsung parkir. Ini bukan kebetulan lho. Ini adalah hasil kerja gelombang pikiranmu. Tapi kalo kamu, setelah menetapkan keinginan mendapatkan tempat parkir, mulai ragu karena berpikir bahwa akan sangat sulit mendapat tempat parkir, karena saat ini malam Minggu, saat padat-padatnya lahan parkir, maka keraguan kamu ini mengakibatkan kamu
nggak akan dapat tempat parkir,” jawab saya. ”Apakah apa yang kamu jelaskan telah dibuktikan?” kawan saya kembali bertanya.

”Lha, saya sudah mempraktekkan dengan hasil yang sangat memuaskan. Saya mengajarkan orang lain melakukan hal ini dan mereka mendapatkan hasil yang sama. Kalo sudah dilakukan berkali-kali, oleh orang yang berbeda, di tempat yang berbeda, dengan hasil yang sama, apakah ini kebetulan?” saya balik bertanya.”Tapi ini kan soal parkir. Kan nggak sama dengan kekayaan atau cari uang,” kembali kawan saya menunjukkan salah satu program negatipnya. ”Lha, apa bedanya antara cari lahan parkir dengan cari duit. Misalnya kamu mau menjual sesuatu. Saat kamu menetapkan keinginanmu dengan yakin, dengan catatan mental block-mu sudah diberesin lho, maka kamu akan bertemu dengan
pembeli secara kebetulan. Yang membuat kamu nggak bisa melakukan hal ini karena kamu nggak yakin ini bisa berhasil. Dan bila kamu nggak yakin maka hasilnya ya nggak ada. Ada yang mengatakan bahwa keyakinan sebesar biji sesawi bisa memindahkan gunung lho,” jawab saya sedikit filosofis.

Mendengar penjelasan ini kawan saya kembali hanya bisa manggut-manggut dan tidak lagi berkomentar namun ia bertanya, ”Ok, kalo gitu apa yang harus saya lakukan?”

”Oh mudah, beresin dulu berbagai mental block-mu maka kamu akan mampu untuk selaras dengan vibrasi alam dan kamu akan dapat lebih mudah mencapai sukses,” jawab saya. Saya lalu menjelaskan mengenai mengapa kita harus menulis impian-impian kita dan bagaimana hubungannya dengan cara kerja hukum alam. Sayang, saat diskusi menjadi semakin asyik, saya terpaksa mengakhiri mengakhiri pembicaraan karena ada boarding call.

Para pembaca yang budiman, kita sebenarnya terlahir dengan potensi menjadi orang sukses atau kaya. Yang menghambat diri kita selama ini adalah bahwa nilai hidup, belief system, karakter, kebiasaan berpikir, dan apa yang kita lakukan dalam hidup ternyata tidak selaras dengan hukum alam (Supra Sadar). Ketidakselarasan ini mengakibatkan timbulnya berbagai hambatan hidup yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Ada banyak kawan kami yang setelah berhasil mengatasi mental block mereka dan me-reprogram pikiran bawah sadar dengan program yang positip dan powerful mengatakan, ”Kami mengalami miracle. Belum pernah selama ini Kami merasakan bahwa hidup itu ternyata mudah. Kami bertemu dengan begitu banyak kebetulan yang secara ajaib mengarahkan kami pada pencapaian tujuan kami.”

Hal ini menjawab mengapa pada orang-orang tertentu, biar bagaimana buruk situasi ekonomi, mereka tetap bisa menghasilkan sangat banyak uang. Situasi ekonomi sama sekali tidak mempengaruhi mereka.

Mental block inilah yang selama ini tidak dapat kita bereskan hanya dengan membaca buku-buku positip atau mengikuti berbagai seminar motivasi. Hal ini pula menjawab mengapa ada begitu banyak orang yang hanya jadi penggembira di berbagai seminar. Saya sendiri dulunya seperti itu. Ternyata selama blocking ini nggak dibereskan maka suskes akan menjadi sangat sulit. Saya telah mengalaminya selama tujuh tahun. Saya membaca berbagai buku positip dan menghadiri berbagai seminar motivasi bahkan sampai ke luar negeri. Seorang kawan saya, yang juga sangat gemar membaca buku dan menghadiri berbagai seminar juga mengalami hal yang sama.

* Adi W. Gunawan, lebih dikenal sebagai Re-Educator and Mind Navigator, adalah pembicara publik dan trainer yang telah berbicara di berbagai kota besar di dalam dan luar negeri. Ia telah menulis best seller Born to be a Genius, Genius Learning Strategy, Manage Your Mind for Success, Apakah IQ Anak Bisa Ditingkatkan?, dan Hypnosis – The Art of Subcsoncsious Communication. Adi dapat dihubungi melalui email adi@adiwgunawan.com