Sunday, April 5, 2009

Investor Tingkat 1: Peminjam

Sekarang kita lihat siapa yang disebut dengan investor tingkat 1. Robet T. Kiyosaki menjelaskan bahwa ciri-ciri dari seorang investor tingkat 1 adalah orang-orang ini menyelesaikan masalah finansial dengan meminjam uang. Sering mereka bahkan melakukan investasi dengan uang pinjaman. Gagasan mereka tentang perencanaan finansial adalah "merampok" seseorang untuk membayar seseorang. Mereka menjalani kehidupan financial dengan kepala terbenam dalam pasir seperti seekor burung unta, berharap dan berdoa semua akan berjalan lancar. Meski mungkin mempunyai beberapa aset, tapi kenyataannya tingkat utang mereka terlalu tinggi. Seringnya mereka tidak mempunyai kesadaran tentang uang dan kebiasaan mereka membelanjakannya.

Semua milik berharga mereka merupakan utang. Mereka menggunakan kartu kredit dengan impulsif dan kemudian memutar utang itu menjadi pinjaman home-equity jangka panjang supaya mereka bisa melunasi tunggakan kartu kredit dan mulai menggunakannya lagi.

Berbelanja adalah olahraga kesukaan mereka. Mereka membeli barang-batang yang tidak mereka perlukan, sambil mengucapkan kata-kata ini kepada diri rnereka sendiri : "Oh, belilah. Kau layak mendapatkannya." Atau "Kau pantas mendapatkannya." Atau "KaIau tidak rnernbelinya sekarang, aku mungkin tak akan pernah lagi mcnemukannya dengan harga semurah ini." Atau "Ini sedang obral." Atau "Aku ingin anak-anak mendapatkan apa yang tak pernah kuperoleh waktu kecil.".

Mereka mengira mernbagi utang untuk jangka waktu yang panjang adalah taktik yang cerdik, dan selalu membohongi diri sendiri bahwa mereka akan bekerja lebih keras serta membayar tagihan mereka pada suatu saat. Mereka menghabiskan semua penghasilan mereka dan lebih banyak lagi. Mereka dikenal sebagai konsumen. Pemilik toko dan dealer mobil rnenyukai orang seperti mereka. Kalau mereka punya uang, uang itu akan dibelanjakan. Kalau tidak punya uang mereka akan meminjamnya.

Kalau ditanya apa masalah mereka, mereka akan mengatakan bahwa penghasilan mereka tidak cukup. Mereka mengira lebih banyak uang akan menyelesaikan rnasalah mereka. Sebanyak apa pun pemasukan mereka, mereka hanya akan semakin terbenam dalam utang. Sedikit di anrara rnereka yang menyadari bahwa uang yang saat ini mereka peroleh kemarin masih terasa seperti harta karun atau mimpi.Tapi saat ini, rneskipun mereka sudah mencapai penghasilan yang diimpikan, jumlah iru tetap tidak cukup. Mereka tidak bisa melihat bahwa masalahnya belum tentu disebabkan oleh penghasilan mereka (atau kurangnya penghasilan mereka). Kalau ditanya apa masalah mereka, mereka akan mengatakan bahwa penghasilan mereka tidak cukup. Mereka mengira lebih banyak uang akan menyelesaikan masalah mereka. Sebanyak apa pun pemasukan mereka, mereka hanya akan semakin terbenam dalam utang. Sedikir di antara rnereka yang menyadari bahwa uang yang saat ini mereka peroleh kemarin masih terasa seperti harta karun atau mimpi.Tapi saat ini, meskipun mereka sudah mencapai penghasilan yang diimpikan, jumlah itu tetap tidak cukup.

Mereka tidak bisa melihat bahwa masalahnya belum tentu disebabkan oleh penghasilan mereka (atau kurangnya penghasilan mereka), tapi lebih disebabkan oleh kebiasaan berbelanja. Beberapa akhirnya yakin jauh di dalam hati mereka bahwa situasi mereka sudah tak tertolong dan akhirnya menyerah. Jadi, mereka semakin dalam memendam kepala mereka dan terus melakukan hal yang sama. Kebiasaan mereka meminjam, berbelanja, dan mengeluarkan uang tidak terkendali. Seperti halnya mereka yang makan saar sedang depresi, maka orang-orang ini mengeluarkan uang saat sedang depresi. Mereka mengeluarkan uang, mengalami depresi, dan mengeluarkan uang lagi.

Investor tingkat ini bisa sering terlihar kaya. Mereka mungkin mernpunyai rumah besar dan mobil mewah... tapi kalau Anda periksa, mereka mernbeli dengan uang pinjaman. Mereka juga mungkin menghasilkan banyak uang, tapi mereka hanya tinggal selangkah dari kebangkruran finansial.





No comments: