Tuesday, April 21, 2009

Investor Tingkat 3: Investor "Pandai"

Sekarang melangkah ke investor tingkat 3 yaitu Investor "pandai". Pandai dalam tanda kutip. Mari kita ikuti penjelasannya menurut Robert T. Kiyosaki

Ada tiga jenis investor yang berbeda dalam kelompok ini. Investor tingkat ini menyadari perlunya berinvestasi, Mereka bahkan mungkin berpartisipasi dalam program pensiun perusahaan 401 (k), SEP, Super annuation, pensiun, dsb. Kadang mereka bahkan melakukan investasi di luar dalam bentuk dana bersama, saham, obligasi, atau hubungan rekanan terbatas.

Pada umumnya mereka adalah orang-orang pandai yang berpendidikan tinggi. Mereka membentuk dua per tiga jumlah penduduk negara ini yang kita sebut "kelas menengah." Namun, dalam hal investasi, mereka sering tidak berpendidikan ... atau tidak memiliki apa yang disebut "kecanggihan" dalam industri investasi, Mereka jarang mau membaca laporan tahunan perusahaan atau prospektus perusahaan. Bagaimana mungkin mereka bisa melakukannya? Mereka tidak dilatih untuk membaca laporan keuangan. Mereka tidak "melek" finansial, Mereka mungkin memiliki ijazah pendidikan tinggi, dan mungkin merupakan dokter atau bahkan akuntan, tapi hanya sedikit yang pernah dilatih secara formal dan dididik dalam dunia investasi yang bersifat menang/kalah.

Ada tiga kategori utama dalam tingkat ini. Mereka kebanyakan orang pintar yang berpendidikan tinggi dan sering berpenghasilan besar, dan mereka juga melakukan investasi. Namun ada perbedaan.

Tingkat 3-A. Orang-orang dalam tingkat ini termasuk kelompok "Aku Tidak Mau Repot." Mereka telah meyakinkan diri sendiri bahwa mereka tidak, dan takkan pernah, mengerti uang. Mereka mengucapkan hal-hal seperti, "Aku tidak terlalu pandai membaca angka." "Aku tak pernah mengerti cara kerja investasi."
"Aku terlalu sibuk."
"Terlalu banyak kertas kerja yang harus dipelajari."
"Terlalu rumit."
"Investasi terlalu berisiko."
"Aku lebih suka menyerahkan keputusan tentang uang kepada ahlinya." "Terlalu merepotkan." "Suami/istriku yang menangani masalah investasi dalam keluarga kami."
Orang-orang ini membiarkan uang mereka menganggur dan tidak menghasilkan banyak dalam program pensiun, arau menyerahkannya kepada seorang perencana finansial yang menyarankan "diversifikasi." Mereka tidak mau memikirkan masa depan finansial mereka, bekerja keras dari hari ke hari, dan mengatakan kepada diri sendiri, "Setidaknya aku punya progam pensiun." Ketika pensiun, barulah mereka melihat hasil investasi rnereka.

Tingkat 3-B. Kategori kedua adalah kaum "Sinis." Orang-orang ini mengetahui semua alasan mengapa investasi takkan berhasil. Keberadaan mereka membahayakan. Mereka sering terdengar inteligen, berbicara dengan gaya meyakinkan, berhasil dalam bidang masig-masing, tapi di balik semua itu mereka sebenarnya pengecut. Mereka bisa dengan tepat mengatakan bagaimana dan mcngapa anda tertipu oleh setiap investasi yang ada. Kalau bertanya kepada mereka tentang masalah saham atau investasi lain, Anda akan mendapat jawaban yang menimbulkan rasa takut dan ragu. Kata-kata yang paling sering mereka ulangi adalah, "Yah, aku sudah pernah tertipu. Mereka takkan bisa rnelakukannya lagi padaku."

Mereka sering menyebut-nyebut nama dan mengatakan hal-hal seperti, "Pialangku di Merril Lynch, atau Dean Witter. .." Menyebutkan nama membantu menutupi perasaan tidak aman rnereka yang sangat dalam.

Namun anehnya, orang-otang sinis ini tekun mengikuti perkembangan pasar. Di kantor, mereka selalu membaca lembar finansial atau Wall Street journal. Mereka rnembaca koran dan kemudian memberitahu semua orang apa yang mereka ketahui saat istirahat. Bahasa mereka penuh istilah investasi populer dan istilah teknis. Mereka berbicara tentang transaksi-transaksi besar, tapi tidak pernah ikut ambil bagian. Mereka mencari saham yang diberitakan di halaman depan dan, jika laporannya bagus, mereka sering ikut membeli. Masalahnya mereka terlambat mcmbeli karena kalau mendapat berita dari koran berarti ... sudah terlambat. Investor yang benar-benar pandai telah membeli jauh sebelum ada pemberitaan. Kaum sinis tidak mengetahui
nya.

Ketika datang kabar buruk, mereka mengkritik dan mengatakan hal-hal seperti, "Sudah kuduga." Mereka mengira diri mereka berada dalam lingkaran permainan, tapi mereka sebenamya hanya penonton yang berdiri di garis tepi. Mereka sering ingin ikut bermain, tapi jauh di dalam hati, mereka sangat takut terluka. Perasaan aman lebih penting daripada hal yang menyenangkan.

Psikiater sering melaporkan bahwa sikap sinis adalah perpaduan antara rasa takut dan tidak tahu, yang kemudian menimbulkan sikap sombong, Orang-orang ini sering terlambat memasuki ayunan pasar utama, menunggu bukti khalayak atau bukti sosial bahwa kepurusan investasi mereka merupakan keputusan yang benar. Karena menunggu bukti sosial, mereka terlambat membeli saat pasar sedang mencapai puncak dan menjual saat pasar mencapai titik terenda, persis ketika pasar jatuh. Mereka mencap membeli dengan harga tinggi dan menjual dengan harga rendah sebagai "tertipu" lagi. Semua yang begitu mereka takuti akan terjadi ... benar-benar terjadi, berulang kali.

Kaum sinis sering disebut para pialang profesional sebagai "babi." Setelah menjerit-jerit mereka sendiri lari menghampiri tukang jagal. Mereka membeli dengan harga tinggi dan menjual dengan harga rendah. Mengapa? Karena begitu "pandainya," mereka menjadi terlalu berhari-hati. Mereka pandai, tapi takut mengambil risiko dan membuat kesalahan, jadi, mereka belajar semakin giat, menjadi semakin pandai. Semakin banyak yang mereka ketahui, semakin banyak juga risiko yang mereka lihat, jadi, mereka belajar semakin giat. Sikap waspada sekaligus sinis membuat mereka menunggu sampai terlambat. Mereka memasuki pasar ketika akhimya keserakahan mereka mengalahkan rasa takut. Mereka menghampiri palungan bersama babi-babi lain dan dijagal.

Tapi yang terburuk dari kaum sinis ini adalah mereka menulari orang-orang di sekitar mereka dengan rasa takut mereka yang dalam, yang disamarkan sebagai kepandaian. Kalau mengenai masalah investasi, mereka tahu mengapa sesuatu takkan berhasil, tapi mereka tidak bisa mengatakan bagaimana caranya supaya berhasil. Dunia akadernis, pemerintah, agama, dan media penuh dengan orang-orang seperti ini. Mereka senang mendengar tentang kegagalan atau kesalahan finansial supaya mereka bisa "menyebarkannya." Mereka adalah "pemain penyerang
Senin pagi" kalau menyangkut masalah invesrasi. Namun, jarang sekali mereka mempunyai komentar bagus tentang keberhasilan finansial. Seorang sinis dengan mudah menemukan apa yang tidak beres. Itulah cara mereka melindungi diri sendiri dari ketidaktahuan mereka atau ketidakberanian mereka.

Tidak mustahil menjadi cepat kaya dengan sedikit uang dan dengan sedikit resiko. Hal ini mungkin tapi hanya jika anda bersedia melakukan tugas anda untuk menjadikannya mungkin. Salah satu hal yang perlu anda lakukan adalah tetap berfikiran terbuka dan menyadari keberadaan kaum sinis serta penipu. Keduanya sama-sama berbahaya bagi kondisi finansial anda. ....bersambung...

Monday, April 13, 2009

Investor Tingkat 2: Penabung

Robert T. Kiyosaki menjelaskan investor tingkat 1 yaitu seorang penabung sbb:

Orang-orang ini menyisihkan sejumlah "keci!" uang (biasanya) secara teratur. Uang itu disimpan dalam mekanisme penyimpanan berisiko kecil dan berbunga kecil seperti rekening cek, rekening tabungan, atau sertifikar deposito (Certificate of Deposit/CD) pasar uang.

Jika mempunyai Rekening Pensiun Perseorangan (Individual Retirement Account/IRA), mereka membukanya di bank atau dalam rekening kontan dana bersama. Mereka sering menabung untuk memakai daripada untuk menginvestasi (contoh, mereka menabung untuk membeli TV dan mobil baru, paket liburan, dsb.). Mereka selalu membayar kontan. Mereka takut membayar kredit dan takut berutang. Mereka menyukai "keamanan" menyimpan uang di bank.

Bahkan ketika diperliharkan bahwa dalam situasi ekonomi saat ini tabungan memberikan penghasilan minus (setelah memperhitungkan inflasi dan pajak), mereka masih tetap tidak mau mengambil sedikit risiko. Mereka tidak tahu bahwa dolar A.S. telah kehilangan 90 persen nilainya sejak tahun 1950, dan terus kehilangan nilainya setiap tahun dalam tingkat yang lebih besar daripada bunga yang dibayarkan bank kepada mereka. Mereka sering mempunyai polis asuransi seumur hidup karena mereka menyukai rasa aman.

Orang yang termasuk dalam kelompok ini sering menyia-nyiakan aset mereka yang paling berharga-yaitu waktu, dengan mencoba menghemat sedikir uang. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam mengguntingi kupon di surat kabar, dan kemudian di pasar swalayan membuat antrean panjang ketika merogoh-rogoh dompet mencari kupon potongan harga itu.

Daripada mencoba menghemat sedikir uang, mereka bisa menggunakan waktu itu untuk belajar cara berinvestasi. Jika mereka memasukkan $10.000 ke dalam dana John Templeton pada tahun 1954 dan melupakannya, di tahun 1994 nilainya akan sudah mencapai $2,4 juta. Atau jika mereka memasukkan $10.000 ke dalam Dana Kuantum ( George Soros pada tahun 1969, di tahun 1994 nilainya akan sudah menjadi $22,1 juta. Tapi, kebutuhan mereka yang besar akan rasa aman, yang berdasarkan rasa takut, membuar mereka tetap menabung dalam investasi berpenghasilan rendah, seperti CD bank.

Anda sering mendengar orang-orang itu berkata, "Menabung satu sen berarti menghasilkan satu sen." Atau "Aku menabung untuk anak-anak." Kenyataan sebenarnya adalah mereka serta hidup mereka sering dikendalikan oleh rasa tidak aman yang dalam. Kenyataannya, mereka sering "menipu" diri mereka sendiri dan orang-orang yang menjadi alasan mereka menabung. Bisa dikatakan mereka persis kebalikan dari investor Tingkat 1.

Menabung adalah gagasan bagus di Era Agraria. Tapi begitu kita memasuki Era Industri, menabung bukanlah pilihan yang bijaksana. Hanya menabung uang menjadi pilihan yang bahkan lebih burukbegitu A.S. melepaskan standar emas dan kita terjerumus ke dalam era inflasi saat pemerintah membabi bura mencetak uang. Orang yang menabung uang pada masa inflasi berakhir sebagai pecundang. Tentu saja, jika kita mengalami periode deflasi, mereka mungkin menjadi pemenang... tapi hanya jika uang yang dicetak masih mempunyai nilai.

Menabung sedikit uang memang bagus. Disarankan Anda mempunyai uang kas untuk membiayai hidup Anda selama setengah sampai satu tahun. Tapi sesudah itu, ada mekanisme investasi yang jauh lebih baik dan lebih aman daripada menyimpan uang di bank. Dengan menyimpan uang di bank, Anda mendapar bunga 5 persen sedangkan orang lain mendapar 15 persen atau lebih. Ini bukan strategi investasi yang pandai.

Namun, jika anda tidak mau belajar investasi dan anda terus-menerus hidup dalam ketakutan menanggung risiko finansialnya, maka menabung adalah pilihan yang lebih baik daripada investasi. Anda tak perlu banyak berpikir jika hanya mcnyimpan uang di bank... dan bankir Anda akan menyukai Anda. Mengapa tidak? Bank meminjamkan $10 sampai $20 untuk setiap $1 yang Anda tabung dan mengenakan bunga sampai 19 persen, lalu berbalik dan membayar Anda di bawah 5 persen. Seharusnya kita semua menjadi bankir.

Sunday, April 5, 2009

Investor Tingkat 1: Peminjam

Sekarang kita lihat siapa yang disebut dengan investor tingkat 1. Robet T. Kiyosaki menjelaskan bahwa ciri-ciri dari seorang investor tingkat 1 adalah orang-orang ini menyelesaikan masalah finansial dengan meminjam uang. Sering mereka bahkan melakukan investasi dengan uang pinjaman. Gagasan mereka tentang perencanaan finansial adalah "merampok" seseorang untuk membayar seseorang. Mereka menjalani kehidupan financial dengan kepala terbenam dalam pasir seperti seekor burung unta, berharap dan berdoa semua akan berjalan lancar. Meski mungkin mempunyai beberapa aset, tapi kenyataannya tingkat utang mereka terlalu tinggi. Seringnya mereka tidak mempunyai kesadaran tentang uang dan kebiasaan mereka membelanjakannya.

Semua milik berharga mereka merupakan utang. Mereka menggunakan kartu kredit dengan impulsif dan kemudian memutar utang itu menjadi pinjaman home-equity jangka panjang supaya mereka bisa melunasi tunggakan kartu kredit dan mulai menggunakannya lagi.

Berbelanja adalah olahraga kesukaan mereka. Mereka membeli barang-batang yang tidak mereka perlukan, sambil mengucapkan kata-kata ini kepada diri rnereka sendiri : "Oh, belilah. Kau layak mendapatkannya." Atau "Kau pantas mendapatkannya." Atau "KaIau tidak rnernbelinya sekarang, aku mungkin tak akan pernah lagi mcnemukannya dengan harga semurah ini." Atau "Ini sedang obral." Atau "Aku ingin anak-anak mendapatkan apa yang tak pernah kuperoleh waktu kecil.".

Mereka mengira mernbagi utang untuk jangka waktu yang panjang adalah taktik yang cerdik, dan selalu membohongi diri sendiri bahwa mereka akan bekerja lebih keras serta membayar tagihan mereka pada suatu saat. Mereka menghabiskan semua penghasilan mereka dan lebih banyak lagi. Mereka dikenal sebagai konsumen. Pemilik toko dan dealer mobil rnenyukai orang seperti mereka. Kalau mereka punya uang, uang itu akan dibelanjakan. Kalau tidak punya uang mereka akan meminjamnya.

Kalau ditanya apa masalah mereka, mereka akan mengatakan bahwa penghasilan mereka tidak cukup. Mereka mengira lebih banyak uang akan menyelesaikan rnasalah mereka. Sebanyak apa pun pemasukan mereka, mereka hanya akan semakin terbenam dalam utang. Sedikit di anrara rnereka yang menyadari bahwa uang yang saat ini mereka peroleh kemarin masih terasa seperti harta karun atau mimpi.Tapi saat ini, rneskipun mereka sudah mencapai penghasilan yang diimpikan, jumlah iru tetap tidak cukup. Mereka tidak bisa melihat bahwa masalahnya belum tentu disebabkan oleh penghasilan mereka (atau kurangnya penghasilan mereka). Kalau ditanya apa masalah mereka, mereka akan mengatakan bahwa penghasilan mereka tidak cukup. Mereka mengira lebih banyak uang akan menyelesaikan masalah mereka. Sebanyak apa pun pemasukan mereka, mereka hanya akan semakin terbenam dalam utang. Sedikir di antara rnereka yang menyadari bahwa uang yang saat ini mereka peroleh kemarin masih terasa seperti harta karun atau mimpi.Tapi saat ini, meskipun mereka sudah mencapai penghasilan yang diimpikan, jumlah itu tetap tidak cukup.

Mereka tidak bisa melihat bahwa masalahnya belum tentu disebabkan oleh penghasilan mereka (atau kurangnya penghasilan mereka), tapi lebih disebabkan oleh kebiasaan berbelanja. Beberapa akhirnya yakin jauh di dalam hati mereka bahwa situasi mereka sudah tak tertolong dan akhirnya menyerah. Jadi, mereka semakin dalam memendam kepala mereka dan terus melakukan hal yang sama. Kebiasaan mereka meminjam, berbelanja, dan mengeluarkan uang tidak terkendali. Seperti halnya mereka yang makan saar sedang depresi, maka orang-orang ini mengeluarkan uang saat sedang depresi. Mereka mengeluarkan uang, mengalami depresi, dan mengeluarkan uang lagi.

Investor tingkat ini bisa sering terlihar kaya. Mereka mungkin mernpunyai rumah besar dan mobil mewah... tapi kalau Anda periksa, mereka mernbeli dengan uang pinjaman. Mereka juga mungkin menghasilkan banyak uang, tapi mereka hanya tinggal selangkah dari kebangkruran finansial.





Thursday, April 2, 2009

Investor Tingkat 0

Investor Tingkat 0
Kata Robert T. Kiyosaki ciri dari investor tingkat 0 adalah orang-orang ini tidak mempunyai uang untuk diinvestasikan. Mereka menghabiskan semua yang mereka peroleh atau menghabiskan lebih daripada yang mereka peroleh. Ada banyak orang "kaya" yang termasuk kategori ini karena mereka menghabiskan sebanyak atau lebih banyak daripada, yang mereka hasilkan. Sayangnya tingkat nol ini, menurut beliau mencakup sekitar 50 persen populasi dewasa (di Amerika Serikat).

Kalau dilihat dari perbandingan gaji dengan kebutuhan hidup, hampir sebagian besar karyawan di Indonesia mungkin termasuk investor tingkat 0, alias tidak melakukan investasi yang terencana. Jangankan untuk investasi, untuk kebutuhan hidup saja pas-pasan atau malahan tekor.

Ketika ada dana lebih pun (misalnya dapat bonus) bukannya membeli produk investasi seperti reksadana atau sejenisnya, biasanya mereka (kita juga) membelanjakannya pada barang-barang konsumsi seperti TV, HP atau pakaian mahal.

Di tulisan berikutnya akan diuraikan tentang investor tingkat 1 serta bagaimana ciri-cirinya.

Wednesday, April 1, 2009

Tujuh Tingkat Investor

Dalam bukunya The Cashflow Quadrant, Robet T. Kiyosaki menjelaskan kepada kita tentang prilaku seorang investor. Dengan memahami ke tujuh tingkat investor ini kita menjadi lebih faham bagaimana prilaku kita dalam mengelola keuangan kita, serta lebih mengetahui bagaimana prilaku orang-orang kaya dalam mengelola kekayaannya.

Ketujuh tingkat investor itu adalah:
Tingkat 0: Mereka yang tidak mempunyai modal untuk diinvestasikan
Tingkat 1: Peminjam
Tingkat 2: Penabung
Tingkat 3: Investor "Pandai"
Tingkat 4: Investor jangka panjang
Tingkat 5: Investor canggih
Tingkat 6: Kapitalis

Menurut beliau kita minimal harus menjadi investor tingkat 4 kalau mau menjadi kaya. Nah, mengenai penjelasan masing-masing tingkat di atas akan diuraikan nanti di tulisan terpisah.